Senin, 06 Juni 2016

MENGUAK MISTERI SUNGAI ANGKINANG

Sungai Angkinang yang mengalir di beberapa desa di Kecamatan Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan cukup dikenal oleh masyarakat. Namun hanya sedikit yang tahu ternyata sungai ini menyimpan misteri tersendiri yang di luar nalar pikiran manusia.Sungai Angkinang akan ramai bila bendungan Telaga Langsat, yang berada di bagian hulunya dibuka setiap satu atau dua kali dalam setahun. Saat itu berbagai jenis ikan akan dengan mudah diperoleh. Warga menyebutnya dengan istilah Buka Tabat.
Sungai Angkinang mempunyai lebar sekitar 5 meter dan berkedalaman sekitar 10 meter. Kini seiring perkembangan zaman kondisinya mengalami perubahan. Kalau dulu luas dan dalam kini menjadi sempit, surut dan banyak sampah.
Pada musim kemarau airnya seperti aliran selokan. Namun karena sungai ini sudah menjadi bagian hidup, warga tetap menggunakannya sebagai tempat mandi, mencuci, dan buang hajat hingga sekarang.
Bila musim hujan air sungai akan meluap sampai ke halaman rumah warga. Namun dibalik keberadaan sungai itu tersimpan cerita-cerita yang berbau keanehan atau kegaiban.
Seperti yang pernah dialami seorang warga yang berasal dari Nagara. Saat itu di tahun 1970-an. Sungai Angkinang masih luas dan dalam. Dapat digunakan sebagai sarana transportasi yang cukup potensial. Terutama jukung atau perahu yang membawa dagangan dari daerah Nagara ke Pasar Angkinang. Dulu jalan darat tidak semulus sekarang ini. Sehingga sungailah sarana alternatif satu-satunya.
Pada saat hari pasar yaitu setiap hari Kamis orang bertransaksi jual beli di Pasar Angkinang. Sebelumnya pada hari Rabu sore dan malamnya pedagang dari Nagara akan berdatangan naik perahu. Dengan membawa barang dagangan seperti dapur dan alat-alat hasil kerajinan industri Nagara. Juga buah-buahan seperti semangka, ubi, dan kacang-kacangan.
Halaman
1234
Penulis: Akhmad Husaini (usaikdgn)
Editor: Iswidodo
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com

Sedikit Foto Keadaan Rumah Sakit Bekas Dikota Kandangan Kab.HSS

Sebuah Tulisan dirumah sakit Hassan Basery Kandangan
Siapa tak kenal RSUD Brigjend Hassan Baserri.Warga kandangan pasti sudah mengenalnya apalagi bangunan rumah sakit yang kini ditinggalkan ini sudah dibangun sejak zaman kolonial dan bertempat di titik pusat kota kandangan tepatnya di ex terminal sedan. Pada mulanya balai pengobatan ini dilaksanakan sebagai upaya memberi pelayanan kesehatan khusus terhadap bangsa penjajah dan menir-menir bangsawan yang bertugas di Kandangan serta para marinir korban perang.
Bertempat di pinggir sungai amandit dimaksudkan agar mempermudah akses masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan terutama yang berasal dari hilir sungai amandii seperti muarabahan, margasari, buas-buas dan negara dan lainya yang pada saat itu transportasi sungai (jukung/perahu) adalah transpotasi utama.
Pada penjajah bangunan ini sempat dijadikan sbg markas perang oleh tentara jepang menghadapi pejuang indonesia.pada masa kemerdekaan Rumah sakit ini diambil alih oleh Divisi Alri Pertahanan Kalimantan selatan oleh Pemimpin Brigjend Hassan Bassery
 Mengingat jasa-saja beliau pada sekitar tahun 1965 pemerintah kabupaten tingkat II Hulu Sungai Selatan mengabadikan nama beliau menjadi nama rumah sakit dengan sebutan Rumah Sakit Umum BrigJend H. Hassan Basry Kandangan.
Kini rumah sakit ini sudah ditinggalkan karna RSUD Brigjend Hassan Bassery pindah tempat ke Bangunan yang baru di Hamalau.Berikut ada sedikit foto2 keadaan rumah sakit yang ditinggalkan ini:
 Lorong utama rumah sakit

Lorong jalan disamping mushala arah menuju Ruang VIP
 Beberapa Pintu terbuka dan terbengkalai dan sangat kotor didalamnya sehingga menambah aura mistiknya.
 Ruang Gizi dibagian belakang
 Tempat apakah ini saya tak mengenalnya tempatnya berada didekat sungai amandit dan penuh semak belukar.
 Kamar Pasien diruang belakang


 Dibagian belakang seperti hutan dan penuh semak semak.





Hanya sedikit Foto yang saya ambil mengingat hari sudah larut sore.apalagi banyak suara suara aneh dibagian belakang dari ruang gizi,selain itu tak sengaja juga saya melihat rambut.Yaa !! rambut diruang belakang.tergeletak ditepi lorong dibagian belakang.Awalnya saya kira bulu ternyata itu rambut tapi saya tak berani memoto berhubung seperti ada orang berjalan dibagian belakang dengan suara langkah yang seperti terinjak-injak ranting pohon.Setelah suara itu semakin mendekat saya lari saja tuk menjauh,takutnya Arwah-arwah yang disana tak mengijinkan kehadiran kami.
Tapi kini RSUD ini telah dipugar dan diubah kegunaannya menjadi RSJ.

Sekian artikel yang saya tulis ini,terima kasih buat Muhammad Rezki(Baung) dan Andrean Adie Mulia yang menemani saya.

Sejarah dan Arti Nama Kecamatan di HSS

1. KECAMATAN PADANG BATUNG

Arti Nama : Hamparan tanaman batung ( bambu ) 

2. KECAMATAN ANGKINANG

Arti Nama : Manusia Perkasa (Pendekar) yang suka makan sirih (Menginang)
Sejarah Nama :
                Konon, terdapat sebuah dataran yang subur, yang terdapat pohon-pohon besar dan tinggi, beraneka ragam hewan hidup damai di dalamnya. Di situ, juga tinggal beberapa orang dengan anggota keluarganya masing-masing, yang dapat hidup dengan aman, damai, tenteram meskipun dengan mata pencaharian yang tak menentu, baik berkebun, menangkap ikan di sungai ataupun rawa-rawa. Daerah tersebut belum mempunyai kesepakatan nama daerah ataupun wilayah.
                Pada suatu waktu, di daerah tersebut kedatangan seorang laki-laki yang gagah perkasa dengan membaw seikat (sedapung) padi yang sudah matang, yang disambut dengan baik oleh sekelompok orang yang bertempat tinggal di tempat itu dan dengan ramah, saling tegur sapa sehingga terjalin persahabatan dan keserasian hubungan bermasyarakat.
Laki-laki tersebut mempunyai pengetahuan yang banyak dan bermanfaat untuk kehidupan orang banyak, terutama di bidang pertanian. Dengan bekal kemampuannya dan dengan modal benih yang dibawanya, dia memberikan pelajaran bagaimana cara menanam padi sampai dengan menuai hasil pertanian tersebut, sehingga semakin lama penduduk di daerah tersebut mempunyai kebiasaan bercocok tanam sebagai salah satu usaha pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Akhirnya, daerah yang awalnya hanya dihuni oleh beberapa orang, semakin berkembang dan semakin ramai karena banyaknya pendatang, baik yang hanya sekedar singgah maupun yang juga tinggal dan menetap di situ.
Dengan bergulirnya waktu, lama kelamaan diketahui bahwa seorang laki-laki tersebut ternyata mempunyai suatu kebiasaan yaitu makan daun sirih atau yang secara umum disebut dengan menginang. Kemudian, karena orang tersebut dianggap telah menabur kebaikan kepada mereka, maka mereka memberinya gelar Hangkinang. Kata Hang diartikan sebagai manusia perkasa ataupun pendekar, kemudian Kinang diartikan sebagai kebiasaan makan daun sirih (menginang). Akhirnya, lama kelamaan gelar tersebut  kemudian disepakati untuk dijadikan sebagai nama daerah tempat mereka bertempat tinggal, dan dikenal sebagai Kampung Hangkinang. Dan dengan bergulirnya waktu, nama Hangkinang tersebut sampai kini masih melekat dan lebih dikenal menjadi nama Angkinang.

Kecamatan Daha Selatan, Daha Utara dan Daha Barat

3. KECAMATAN DAHA SELATAN
Arti Nama : Bagian dari Kerajaan Daha
 Nama lain adalah Nagara : Naga yang berada di lautan atau rawa
Sejarah Nama:
Pada jaman dahulu berdiri sebuah kerajaan yang dianggap sebagai kerajaan pertama di Kalimantan Selatan yang bernama Nagara Daha yang menurut riwayat, seringkali terjadi peperangan, termasuk di dalamnya adalah peperangan dalam perebutan kekuasaan. Yang akhirnya pada suatu waktu, Pangeran Samudera yang dianggap lebih berhak untuk mewarisi tahta raja dapat memenangkan peperangan serta berkuasa kembali dengan adanya bantuan dari kerajaan Demak di Jawa. Kisah ini juga berkaitan dengan riwayat  terjadinya Kota Banjarmasin.
Dalam riwayat lain, pemberian nama Nagara adalah dikaitkan dengan adanya kisah mengenai Putri Junjung Buih, yang menurut wangsit meyakini bahwa jodohnya adalah seorang pangeran berasal dari negeri seberang, dalam hal ini adalah dari kerajaan di Pulau Jawa. Dalam perjalanannya, pangeran tersebut mendapatkan rintangan yang salah satunya adalah munculnya naga di tengah lautan, yang kemudian memunculkan nama Nagara yang diartikan senagai Naga di atas rawa (lautan).

4. KECAMATAN KALUMPANG
Arti Nama : Kalum (sandal) yang terbuat dari kayu
Sejarah Nama
Pada masa terdahulu, masyarakat di daerah tersebut mempunyai kebiasaan untuk memakai sandal yang bahannya terbuat dari kayu atau yang biasa disebut dengan Kalum. Kemudian, muncul pemikiran dari beberapa orang masyarakat setempat untuk menamai daerah tersebut menjadi Kalumpang dan disetujui oleh banyak kalangan masyarakat dan sampai saat ini masih digunakan nama Kalumpang  tersebut.
5. KECAMATAN LOKSADO
 
Sejarah Singkat :
Asal muasal terbentuknya Desa Loksado adalah sejak tahun 1968. Dimulai dari pertemuan antara penghulu sawah, penggerak malaris (Mara Pita), Kepala Balai Palupuh (Sidin Handal), Kepala Balai Mampayang (Mara Siti dan Pembakal Maradiah), di mana pertemuan diadakan di huma (ladang) penghulu sawah di datar sirang dalam musyawarah terjadi perdebatan mengenai letak kampung, yaitu antara di Datar Sirang dan di dekat Sungai Amandit. Usulan mengenai di dekat Sungai Amandit ini adalah dari Mara Siti / Pang Siti dengan alasan agar kada uyuh atau kecapekan balinra atau menjaga usaha nyaman, menyirat lanting dan membawa jaring dan kayu sungkai. Akhirnya dsepakatilah untuk membuka hutan di tepi Sungai Amandit di tebas yang pertama, kemudian membuat rumah dan ditempati oleh penghulu sawah / Pang Lian di bawah kayu rarawa. Jadi, terjadinya kampung Loksadi tidak lepas dari tokoh-tokoh pemrakarsa tersebut.
Kemudian, dalam versi legenda / dongeng, diceritakan bahwa pada waktu dahulu, banyak orang yang gemar berburu gubang, kemudian ada gubang yang lari ke kelibaru dan masuk ke dalam suatu lubang. Kemudian, banyak masyarakat dari orang banua, yang sebagaian besar adalah pedagang, mengatakan sado masuk katalog dan akhirnya disebut menjadi nama Loksado.


Jika terdapat kurang lebihnya, hal ini adalah semata kekurangan pengetahuan dari penulis, dan diharapkan masukan serta tambahan data pendukung dari semua pihak...