Sungai
Angkinang yang mengalir di beberapa desa di Kecamatan Angkinang
Kabupaten Hulu Sungai Selatan cukup dikenal oleh masyarakat. Namun hanya
sedikit yang tahu ternyata sungai ini menyimpan misteri tersendiri yang
di luar nalar pikiran manusia.Sungai Angkinang akan ramai bila
bendungan Telaga Langsat, yang berada di bagian hulunya dibuka setiap
satu atau dua kali dalam setahun. Saat itu berbagai jenis ikan akan
dengan mudah diperoleh. Warga menyebutnya dengan istilah Buka Tabat.
Sungai Angkinang mempunyai lebar sekitar 5 meter dan berkedalaman sekitar 10 meter. Kini seiring perkembangan zaman kondisinya mengalami perubahan. Kalau dulu luas dan dalam kini menjadi sempit, surut dan banyak sampah.
Pada musim kemarau airnya seperti aliran selokan. Namun karena sungai ini sudah menjadi bagian hidup, warga tetap menggunakannya sebagai tempat mandi, mencuci, dan buang hajat hingga sekarang.
Bila musim hujan air sungai akan meluap sampai ke halaman rumah warga. Namun dibalik keberadaan sungai itu tersimpan cerita-cerita yang berbau keanehan atau kegaiban.
Seperti yang pernah dialami seorang warga yang berasal dari Nagara. Saat itu di tahun 1970-an. Sungai Angkinang masih luas dan dalam. Dapat digunakan sebagai sarana transportasi yang cukup potensial. Terutama jukung atau perahu yang membawa dagangan dari daerah Nagara ke Pasar Angkinang. Dulu jalan darat tidak semulus sekarang ini. Sehingga sungailah sarana alternatif satu-satunya.
Pada saat hari pasar yaitu setiap hari Kamis orang bertransaksi jual beli di Pasar Angkinang. Sebelumnya pada hari Rabu sore dan malamnya pedagang dari Nagara akan berdatangan naik perahu. Dengan membawa barang dagangan seperti dapur dan alat-alat hasil kerajinan industri Nagara. Juga buah-buahan seperti semangka, ubi, dan kacang-kacangan.
Sungai Angkinang mempunyai lebar sekitar 5 meter dan berkedalaman sekitar 10 meter. Kini seiring perkembangan zaman kondisinya mengalami perubahan. Kalau dulu luas dan dalam kini menjadi sempit, surut dan banyak sampah.
Pada musim kemarau airnya seperti aliran selokan. Namun karena sungai ini sudah menjadi bagian hidup, warga tetap menggunakannya sebagai tempat mandi, mencuci, dan buang hajat hingga sekarang.
Bila musim hujan air sungai akan meluap sampai ke halaman rumah warga. Namun dibalik keberadaan sungai itu tersimpan cerita-cerita yang berbau keanehan atau kegaiban.
Seperti yang pernah dialami seorang warga yang berasal dari Nagara. Saat itu di tahun 1970-an. Sungai Angkinang masih luas dan dalam. Dapat digunakan sebagai sarana transportasi yang cukup potensial. Terutama jukung atau perahu yang membawa dagangan dari daerah Nagara ke Pasar Angkinang. Dulu jalan darat tidak semulus sekarang ini. Sehingga sungailah sarana alternatif satu-satunya.
Pada saat hari pasar yaitu setiap hari Kamis orang bertransaksi jual beli di Pasar Angkinang. Sebelumnya pada hari Rabu sore dan malamnya pedagang dari Nagara akan berdatangan naik perahu. Dengan membawa barang dagangan seperti dapur dan alat-alat hasil kerajinan industri Nagara. Juga buah-buahan seperti semangka, ubi, dan kacang-kacangan.
Penulis: Akhmad Husaini (usaikdgn)
Editor: Iswidodo
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan
hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar
terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar