1. KECAMATAN PADANG BATUNG
Arti Nama : Hamparan tanaman batung ( bambu )
2. KECAMATAN ANGKINANG
Arti Nama : Manusia Perkasa (Pendekar) yang suka makan sirih (Menginang)
Sejarah Nama :
Konon,
terdapat sebuah dataran yang subur, yang terdapat pohon-pohon besar dan
tinggi, beraneka ragam hewan hidup damai di dalamnya. Di situ, juga
tinggal beberapa orang dengan anggota keluarganya masing-masing, yang
dapat hidup dengan aman, damai, tenteram meskipun dengan mata
pencaharian yang tak menentu, baik berkebun, menangkap ikan di sungai
ataupun rawa-rawa. Daerah tersebut belum mempunyai kesepakatan nama
daerah ataupun wilayah.
Pada
suatu waktu, di daerah tersebut kedatangan seorang laki-laki yang gagah
perkasa dengan membaw seikat (sedapung) padi yang sudah matang, yang
disambut dengan baik oleh sekelompok orang yang bertempat tinggal di
tempat itu dan dengan ramah, saling tegur sapa sehingga terjalin
persahabatan dan keserasian hubungan bermasyarakat.
Laki-laki
tersebut mempunyai pengetahuan yang banyak dan bermanfaat untuk
kehidupan orang banyak, terutama di bidang pertanian. Dengan bekal
kemampuannya dan dengan modal benih yang dibawanya, dia memberikan
pelajaran bagaimana cara menanam padi sampai dengan menuai hasil
pertanian tersebut, sehingga semakin lama penduduk di daerah tersebut
mempunyai kebiasaan bercocok tanam sebagai salah satu usaha pemenuhan
kebutuhan pokok mereka. Akhirnya, daerah yang awalnya hanya dihuni oleh
beberapa orang, semakin berkembang dan semakin ramai karena banyaknya
pendatang, baik yang hanya sekedar singgah maupun yang juga tinggal dan
menetap di situ.
Dengan
bergulirnya waktu, lama kelamaan diketahui bahwa seorang laki-laki
tersebut ternyata mempunyai suatu kebiasaan yaitu makan daun sirih atau
yang secara umum disebut dengan menginang. Kemudian, karena orang
tersebut dianggap telah menabur kebaikan kepada mereka, maka mereka
memberinya gelar Hangkinang.
Kata Hang diartikan sebagai manusia perkasa ataupun pendekar, kemudian
Kinang diartikan sebagai kebiasaan makan daun sirih (menginang).
Akhirnya, lama kelamaan gelar tersebut kemudian disepakati untuk dijadikan sebagai nama daerah tempat mereka bertempat tinggal, dan dikenal sebagai Kampung Hangkinang. Dan dengan bergulirnya waktu, nama Hangkinang tersebut sampai kini masih melekat dan lebih dikenal menjadi nama Angkinang.
Kecamatan Daha Selatan, Daha Utara dan Daha Barat
3. KECAMATAN DAHA SELATAN
Arti Nama : Bagian dari Kerajaan Daha
Nama lain adalah Nagara : Naga yang berada di lautan atau rawa
Sejarah Nama:
Pada
jaman dahulu berdiri sebuah kerajaan yang dianggap sebagai kerajaan
pertama di Kalimantan Selatan yang bernama Nagara Daha yang menurut
riwayat, seringkali terjadi peperangan, termasuk di dalamnya adalah
peperangan dalam perebutan kekuasaan. Yang akhirnya pada suatu waktu,
Pangeran Samudera yang dianggap lebih berhak untuk mewarisi tahta raja
dapat memenangkan peperangan serta berkuasa kembali dengan adanya
bantuan dari kerajaan Demak di Jawa. Kisah ini juga berkaitan dengan
riwayat terjadinya Kota Banjarmasin.
Dalam riwayat
lain, pemberian nama Nagara adalah dikaitkan dengan adanya kisah
mengenai Putri Junjung Buih, yang menurut wangsit meyakini bahwa
jodohnya adalah seorang pangeran berasal dari negeri seberang, dalam hal
ini adalah dari kerajaan di Pulau Jawa. Dalam perjalanannya, pangeran
tersebut mendapatkan rintangan yang salah satunya adalah munculnya naga
di tengah lautan, yang kemudian memunculkan nama Nagara yang diartikan
senagai Naga di atas rawa (lautan).
4. KECAMATAN KALUMPANG
Arti Nama : Kalum (sandal) yang terbuat dari kayu
Sejarah Nama
Pada
masa terdahulu, masyarakat di daerah tersebut mempunyai kebiasaan untuk
memakai sandal yang bahannya terbuat dari kayu atau yang biasa disebut
dengan Kalum. Kemudian, muncul pemikiran dari beberapa orang masyarakat
setempat untuk menamai daerah tersebut menjadi Kalumpang dan disetujui
oleh banyak kalangan masyarakat dan sampai saat ini masih digunakan nama
Kalumpang tersebut.
5. KECAMATAN LOKSADO
Sejarah Singkat :
Asal
muasal terbentuknya Desa Loksado adalah sejak tahun 1968. Dimulai dari
pertemuan antara penghulu sawah, penggerak malaris (Mara Pita), Kepala
Balai Palupuh (Sidin Handal), Kepala Balai Mampayang (Mara Siti dan
Pembakal Maradiah), di mana pertemuan diadakan di huma (ladang) penghulu
sawah di datar sirang dalam musyawarah terjadi perdebatan mengenai
letak kampung, yaitu antara di Datar Sirang dan di dekat Sungai Amandit.
Usulan mengenai di dekat Sungai Amandit ini adalah dari Mara Siti /
Pang Siti dengan alasan agar kada uyuh atau kecapekan balinra atau
menjaga usaha nyaman, menyirat lanting dan membawa jaring dan kayu
sungkai. Akhirnya dsepakatilah untuk membuka hutan di tepi Sungai
Amandit di tebas yang pertama, kemudian membuat rumah dan ditempati oleh
penghulu sawah / Pang Lian di bawah kayu rarawa. Jadi, terjadinya
kampung Loksadi tidak lepas dari tokoh-tokoh pemrakarsa tersebut.
Kemudian,
dalam versi legenda / dongeng, diceritakan bahwa pada waktu dahulu,
banyak orang yang gemar berburu gubang, kemudian ada gubang yang lari ke
kelibaru dan masuk ke dalam suatu lubang. Kemudian, banyak masyarakat
dari orang banua, yang sebagaian besar adalah pedagang, mengatakan sado
masuk katalog dan akhirnya disebut menjadi nama Loksado.
Jika terdapat kurang lebihnya, hal ini adalah semata kekurangan pengetahuan dari penulis, dan diharapkan masukan serta tambahan data pendukung dari semua pihak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar