Senin, 06 Juni 2016

Sejarah dan Arti Nama Kecamatan di HSS

1. KECAMATAN PADANG BATUNG

Arti Nama : Hamparan tanaman batung ( bambu ) 

2. KECAMATAN ANGKINANG

Arti Nama : Manusia Perkasa (Pendekar) yang suka makan sirih (Menginang)
Sejarah Nama :
                Konon, terdapat sebuah dataran yang subur, yang terdapat pohon-pohon besar dan tinggi, beraneka ragam hewan hidup damai di dalamnya. Di situ, juga tinggal beberapa orang dengan anggota keluarganya masing-masing, yang dapat hidup dengan aman, damai, tenteram meskipun dengan mata pencaharian yang tak menentu, baik berkebun, menangkap ikan di sungai ataupun rawa-rawa. Daerah tersebut belum mempunyai kesepakatan nama daerah ataupun wilayah.
                Pada suatu waktu, di daerah tersebut kedatangan seorang laki-laki yang gagah perkasa dengan membaw seikat (sedapung) padi yang sudah matang, yang disambut dengan baik oleh sekelompok orang yang bertempat tinggal di tempat itu dan dengan ramah, saling tegur sapa sehingga terjalin persahabatan dan keserasian hubungan bermasyarakat.
Laki-laki tersebut mempunyai pengetahuan yang banyak dan bermanfaat untuk kehidupan orang banyak, terutama di bidang pertanian. Dengan bekal kemampuannya dan dengan modal benih yang dibawanya, dia memberikan pelajaran bagaimana cara menanam padi sampai dengan menuai hasil pertanian tersebut, sehingga semakin lama penduduk di daerah tersebut mempunyai kebiasaan bercocok tanam sebagai salah satu usaha pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Akhirnya, daerah yang awalnya hanya dihuni oleh beberapa orang, semakin berkembang dan semakin ramai karena banyaknya pendatang, baik yang hanya sekedar singgah maupun yang juga tinggal dan menetap di situ.
Dengan bergulirnya waktu, lama kelamaan diketahui bahwa seorang laki-laki tersebut ternyata mempunyai suatu kebiasaan yaitu makan daun sirih atau yang secara umum disebut dengan menginang. Kemudian, karena orang tersebut dianggap telah menabur kebaikan kepada mereka, maka mereka memberinya gelar Hangkinang. Kata Hang diartikan sebagai manusia perkasa ataupun pendekar, kemudian Kinang diartikan sebagai kebiasaan makan daun sirih (menginang). Akhirnya, lama kelamaan gelar tersebut  kemudian disepakati untuk dijadikan sebagai nama daerah tempat mereka bertempat tinggal, dan dikenal sebagai Kampung Hangkinang. Dan dengan bergulirnya waktu, nama Hangkinang tersebut sampai kini masih melekat dan lebih dikenal menjadi nama Angkinang.

Kecamatan Daha Selatan, Daha Utara dan Daha Barat

3. KECAMATAN DAHA SELATAN
Arti Nama : Bagian dari Kerajaan Daha
 Nama lain adalah Nagara : Naga yang berada di lautan atau rawa
Sejarah Nama:
Pada jaman dahulu berdiri sebuah kerajaan yang dianggap sebagai kerajaan pertama di Kalimantan Selatan yang bernama Nagara Daha yang menurut riwayat, seringkali terjadi peperangan, termasuk di dalamnya adalah peperangan dalam perebutan kekuasaan. Yang akhirnya pada suatu waktu, Pangeran Samudera yang dianggap lebih berhak untuk mewarisi tahta raja dapat memenangkan peperangan serta berkuasa kembali dengan adanya bantuan dari kerajaan Demak di Jawa. Kisah ini juga berkaitan dengan riwayat  terjadinya Kota Banjarmasin.
Dalam riwayat lain, pemberian nama Nagara adalah dikaitkan dengan adanya kisah mengenai Putri Junjung Buih, yang menurut wangsit meyakini bahwa jodohnya adalah seorang pangeran berasal dari negeri seberang, dalam hal ini adalah dari kerajaan di Pulau Jawa. Dalam perjalanannya, pangeran tersebut mendapatkan rintangan yang salah satunya adalah munculnya naga di tengah lautan, yang kemudian memunculkan nama Nagara yang diartikan senagai Naga di atas rawa (lautan).

4. KECAMATAN KALUMPANG
Arti Nama : Kalum (sandal) yang terbuat dari kayu
Sejarah Nama
Pada masa terdahulu, masyarakat di daerah tersebut mempunyai kebiasaan untuk memakai sandal yang bahannya terbuat dari kayu atau yang biasa disebut dengan Kalum. Kemudian, muncul pemikiran dari beberapa orang masyarakat setempat untuk menamai daerah tersebut menjadi Kalumpang dan disetujui oleh banyak kalangan masyarakat dan sampai saat ini masih digunakan nama Kalumpang  tersebut.
5. KECAMATAN LOKSADO
 
Sejarah Singkat :
Asal muasal terbentuknya Desa Loksado adalah sejak tahun 1968. Dimulai dari pertemuan antara penghulu sawah, penggerak malaris (Mara Pita), Kepala Balai Palupuh (Sidin Handal), Kepala Balai Mampayang (Mara Siti dan Pembakal Maradiah), di mana pertemuan diadakan di huma (ladang) penghulu sawah di datar sirang dalam musyawarah terjadi perdebatan mengenai letak kampung, yaitu antara di Datar Sirang dan di dekat Sungai Amandit. Usulan mengenai di dekat Sungai Amandit ini adalah dari Mara Siti / Pang Siti dengan alasan agar kada uyuh atau kecapekan balinra atau menjaga usaha nyaman, menyirat lanting dan membawa jaring dan kayu sungkai. Akhirnya dsepakatilah untuk membuka hutan di tepi Sungai Amandit di tebas yang pertama, kemudian membuat rumah dan ditempati oleh penghulu sawah / Pang Lian di bawah kayu rarawa. Jadi, terjadinya kampung Loksadi tidak lepas dari tokoh-tokoh pemrakarsa tersebut.
Kemudian, dalam versi legenda / dongeng, diceritakan bahwa pada waktu dahulu, banyak orang yang gemar berburu gubang, kemudian ada gubang yang lari ke kelibaru dan masuk ke dalam suatu lubang. Kemudian, banyak masyarakat dari orang banua, yang sebagaian besar adalah pedagang, mengatakan sado masuk katalog dan akhirnya disebut menjadi nama Loksado.


Jika terdapat kurang lebihnya, hal ini adalah semata kekurangan pengetahuan dari penulis, dan diharapkan masukan serta tambahan data pendukung dari semua pihak...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar